Rabu, 11 Desember 2013

Lunturnya Rasa Kepemilikan Budaya Indonesia

Permasalahan yang ada di generasi muda sekarang ini baik yang masih anak-anak, remaja, hingga dewasa adalah mulai lupa dengan nilai-nilai budaya daerah yang ada di Tanah Air ini. Kebudayaan, seni, dan adat istiadat daerah sering diartikan sebagai sesuatu yang tradisional, “norak”, dan ketinggalan jaman.

        Para Generasi-generasi muda cenderung malu dan enggan untuk mempelajari kebudayaan daerah yang bisa dibilang merupakan salah satu kekayaan yang ada di Tanah Air ini. Seperti, banyak para generasi muda yang menganggap bahwa  wayang adalah tontonan untuk orang tua saja, sesuatu yang sakral, dan sebuah pertunjukan yang membosankan . hal ini terjadi karena Mereka kurang bisa mengartikan makna yang terkandung dalam pertunjukkan wayang tersebut dan lebih berkutat dengan pemikiran negatif yang muncul dalam otak dari masing-masing individu. Ditambah lagi sekarang mulai masuk budaya-budaya dari Korea, China, Jepang, yang dimulai dari suatu kisah percintaan yang di”skenario”kan setelah itu dibuat film yang mempunyai kesan mewah, dan romantis, sehingga membuai pola pikir dan hanya terpatok dengan masalah percintaan yang selalu berakhir dengan happy ending. Secara tidak langsung hal ini memberikan beberapa pengaruh dalam kehidupan remaja saat ini, mereka cenderung lebih konsumtif dalam menggunakan sesuatu yang dengan tujuan hanya ingin meniru-niru gaya yang diidolakannya dalam film tersebut, menimbulkan sikap pasif, melemahkan daya kreatifitas dalam berfikir dan berkreasi, dan mengurangnya daya produktifitas. Dalam artian, sudah masuk secara halus budaya-budaya yang membuat luntur dan menggeser kebudayaan asli Indonesia.

         Menurut saya, ini merupakan suatu penjajahan baru yang halus masuk kedalam kehidupan anak remaja saat ini, dimana sasaran utamanya adalah akal dan pikiran. Kecenderungan masyarakat remaja kita adalah menerima sesuatu tanpa memikirkan positif dan negatifnya dari budaya-budaya yang masuk, sikap individualis dan anti-sosial sudah berkembang disebagian besar masyarakat remaja kita, sehingga memberikan kesan cenderung menutup seluruh panca indera akan perubahan yang ada dan memberikan adanya kemungkinan untuk melunturkan dan melemahkan rasa nasionalisme kita sebagai masyarakat Indonesia. Dengan adanya hal ini maka jangan salahkan siapa-siapa apabila suatu saat nanti ada beberapa kesenian daerah, seperti tari, alat musik, baju daerah atau yang lainnya di “aku-akui” oleh negara lain, sementara kita sendiri masih saja sibuk dengan kebudayaan asing yang menjadi propaganda bagi kita sendiri.

         Kita semua seharusnya menyadari akan adanya hal-hal yang kiranya mampu membuat kita kehilangan jati diri bangsa Indonesia, karena bangsa kita adalah bangsa yang kaya akan budaya, seni, adat istiadat, bahasa, agama, suku, dll. Saya sendiri tidak anti dengan perubahan yang terjadi dan budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia, selama itu dapat membuat pola pikir kita lebih maju dan berkembang serta dapat menambah wawasan kita why not? Yang tidak kita inginkan adalah adanya perbudakan akal yang dapat membuat luntur rasa bangga bahwa kita adalah masyarakat Indonesia yang hidup diatas tanah yang subur berhiaskan kekayaan budaya dan keindahan alam. Mari kita semua turut ambil bagian untuk Indonesia yang lebih baik.

#Jayalah Indonesiaku.


Salam Pemuda Indonesia.






Lhena floreta simanjuntak.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar